Nostalgia Batu Akik dan Nasibnya yang Tak Lagi Kemilap
LIKEIN, PALU – Medio 2014 menjadi era tenarnya batu akik di Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu. Bagaimana nasibnya kini?
Kala itu berbagai jenis batu akik menjadi buruan warga untuk jadi hiasan jari dari kalangan tua maupun muda.
Adu tampilan dan perbincangan soal batu akik pun jadi topik keseharian di saat itu.
Tim Likein.Id berkesempatan menyambangi gerai pengrajin batu akik di Pusat Batu Akik Kota Palu di Jl. Nangka, Sabtu malam (11/5/2024).
Di salah satu petak gerai yang ada, On pemilik Aqilah Gemstone tampak sibuk sedang memoles batu akik berjenis Candel Ampana milik salah satu pelanggan setianya. Bunyi bising mesin poles batu jadi pengiring kami berbincang-bincang.
On sudah mulai berjualan batu akik sejak 2015. Berawal dari kesukaannya terhadap batu akik membawa dirinya terjun sebagai salah satu pengrajin batu akik dengan membuka gerai miliknya.
“Dulu, kalau cuma bawa uang 300 ribu datang ke Jl. Nangka sini belum bisa bawa pulang cincin,” kenang On, sambil memoles batu akik.
Ia menceritakan pada masa tren batu akik, dirinya sampai begadang hingga pagi untuk membuat cincin para pelanggannya. Gerainya dipenuhi oleh orang-orang yang menunggu batu akiknya selesai dikerjakan olehnya.
“Banyak pegawai yang pulang kantor langsung singgah disini sampe pagi ba tunggu cincinnya jadi, pas pagi sisa cuci muka baru ke kantor lagi,” tutur On.
Tak hanya pegawai, Gubernur Rusdi Mastura pun dulu pernah memoles batu akik miliknya di gerai On kala Cudy masih berstatus sebagai Wali Kota Palu.
“Cudy pernah kemari minta batunya dipoles pas dia mau ada kegiatan pas menjabat jadi wali kota,” ungkap On sembari memoles batu salah satu pelanggan setianya.
Namun situasinya kini l berubah drastis. Batu akik perlahan-lahan dilupakan oleh banyak orang, hanya segelintir orang saja yang masih terpikat dengan perhiasan klasik ini. Tak tenar seperti dulu lagi.
Rata-rata yang penghobi batu akik sekarang ini dari kalangan pegawai kantoran saja kata On.
Omset pun kini anjlok, yang dulunya ia bisa mengantongi hingga jutaan rupiah per hari, kini On hanya bisa mendapat keuntungan Rp200 hingga Rp300 ribu per harinya. Bahkan tak jarang tidak ada yang datang berkunjung ke gerai miliknya.
“Sekarang ini yang beli sisa orang-orang yang sembunyi-sembunyi dari istrinya. Salah, tapi disitu rezekinya kita,” ujarnya disambung tawa.
Kini, hanya tersisa 14 gerai batu akik yang masih bertahan di Pusat Penjualan Batu Akik Kota Palu. Namun On percaya rezeki bakal tetap datang menghampirinya untuk memenuhi keperluan keluarganya.
“Daripada saya cari kerja yang lain yang belum bisa dijamin, mending saya bertahan saja. Cuma ini yang saya bisa,” pungkas On. (Santo/ Nasrullah)