LIKEIN, PALU – Teknologi restorasi terumbu karang adalah salah satu upaya untuk memperbaiki ekosistem lautan.
Di Indonesia terdapat pedoman dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang dapat menjadi acuan dalam program restorasi terumbu karang.
Terumbu karang merupakan habitat utama bagi biota laut. Sedangkan yang buatan berperan sebagai tempat berlindung bagi biota laut lainnya.
Adapun teknologi serta metode yang digunakan dalam pembuatan karang, sesuai dengan pedoman rehabilitasi terumbu karang milik Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2015, adalah sebagai berikut.
Bioreeftek
Bioreeftek mulai dikembangkan sejak tahun 2008 oleh Balai Riset dan Observasi Kelautan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Teknik ini menggunakan media batok kelapa sebagai tempat menempel hewan atau larva planula karang.
Metode Patok
Metode yang menggunakan kayu ataupun besi yang ditancapkan ke dasar laut ini, adalah untuk tempat karang bertumbuh.
Metode jaring
Metode yang dilengkapi dengan substrat yang terbuat dari semen, keramik ataupun gegabah dengan ukuran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Transpalantasi karang
Memindahkan potongan bibit karang hias yang telah diambil dan ditancapkan pada arak atau meja transparan yang terbuat dari rangka besi dan media tancap berupa semen.
Adapun diantara jenis karang yang dianjurkan dalam pedoman tersebut adalah Acropora sp, Hydnophora rigida, Merulina ampliata, Porities lichen dan Turbinaria pertata. (Cr6/Qadri)