Sulteng Masuk Zona Megathrust Bencana, Saatnya Membangun Ketangguhan
LIKEIN, PALU – Sulawesi Tengah menjadi salah satu wilayah yang menjadi perhatian BNPB untuk penguatan penanggulangan bencana lantaran punya potensi kebencanaan yang tinggi.
Pentingnya upaya penguatan mitigasi dan penanggulangan bencana di Sulawesi Tengah itu mengemuka dalam Lokakarya Hasil Analisis Pengembangan Strategi Penanggulangan Bencana di Kawasan Megathrust North Sulawesi yang digelar BNPB, Rabu (7/12/2023).
Kawasan Megathrust North Sulawesi dalam kajian ini meliputi dua provinsi dan empat kota/kabupaten, yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Parigi Moutong untuk Provinsi Sulawesi Tengah serta Kabupaten Bitung untuk Provinsi Sulawesi Utara.
Berdasarkan sejarah kejadiannya, di kawasan Megathrust North Sulawesi pernah beberapa kali terjadi gempa yang diikuti tsunami dalam periode 100 tahun terakhir yaitu 30 Januari 1930, gempa di Pantai Barat Kabupaten Donggala yang disertai Tsunami setinggi 2 meter, 14 Agustus 1938 dengan gempa berkekuatan M6 berpusat di Teluk Tambu Kecamatan Balaesang Donggala dan menyebabkan tsunami setinggi hingga 10 meter di Pantai Barat Kabupaten Donggala, 1 Januari 1996 gempa M7,4 berpusat di Selat Makassar yang berakibat tsunami di wilayah pantai barat Kabupaten Donggala dan Toli-Toli, tahun 1996 gempa mengguncang Desa Bankir, Tonggolobibi dan Donggala mengakibatkan tsunami setinggi 3 sampai 4 meter, dan 28 September 2018 gempa sebesar M7.53 pada patahan Palu-Koro dengan pergerakan strike-slip memicu longsoran bawah laut sehingga menyebabkan tsunami di Teluk Palu. Gempa yang diikuti Tsunami tersebut terjadi pada bagian Sulawesi tengah pada sepanjang sesar Palu Koro dan gempa-gempa di sekitar Pulau Sulawesi Tengah.
Kejadian-kejadian itu menjadi salah satu alasan Bank Dunia bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia mewujudkan pendekatan yang lebih komprehensif untuk memperkuat ketangguhan Indonesia terhadap kejadian bencana besar melalui pelaksanaan program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP). Secara umum, IDRIP bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan Pemerintah Pusat dan daerah prioritas dalam menghadapi bencana di masa depan.
“Hasil analisis dan rencana aksi menjadi masukan RPB provinsi/kabupaten/kota serta RPB desa untuk pengurangan risiko bencana tsunami menuju ketangguhan kabupaten/kota yang nantinya diintegrasikan ke perencanaan pembangunan daerah,” Arsyad Iriansyah, Analis Bencana Direktorat Pengembangan Strategi BNPB mengatakan dalam sambutannya pada lokakarya tersebut, Kamis (7/12/2023).
Indonesia kata Arsyad merupakan wilayah dengan aktivitas kegempaan yang tinggi. Selama periode tahun 1923 – 2022, telah terjadi 423 kali gempabumi merusak dengan 41 kejadian tsunami di Indonesia termasuk gempa dan tsunami di bagian Sulawesi tengah pada sepanjang sesar Palukoro dan gempa-gempa di sekitar Pulau Sulawesi Tengah beserta lokasi episenternya dalam periode 100 tahun terakhir.
Untuk mengurangi dampaknya, diperlukan langkah penanggulangan yang dapat dimulai dari mengetahui bangkitan, rambatan, dan rendaman tsunami yang bisa didapatkan dari hasil pemodelan.
“Semoga hasil dari kegiatan ini dapat meningkatkan kesiapsiagaan pemerintah pusat dan daerah prioritas dalam menghadapi bencana di masa depan sehingga dapat mendorong peningkatan pengetahuan risiko, peningkatan sistem pemantauan, dan layanan peringatan, peningkatan sistem dan kapasitas manajemen bencana, serta layanan peringatan dini yang tepat waktu, akurat dan inklusif,” kata Perencana Ahli Muda di BPBD Sulteng, Surya Misbah Dwitama Harun mewakili Kepala Pelaksana BPBD Sulteng dalam lokakarya yang digelar di salah satu hotel di Kecamatan Ulujadi, Kota Palu itu.
Gempa megathrust merupakan gempa yang berasal dari zona megathrust, tempat potensial terjadinya tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Tumbukan tersebut kemudian menyebabkan daya guncang atau menjadi gempa bumi.
Zona megathrust di Indonesia menyebar di wilayah seperti subduksi Sunda, subduksi Banda, Lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi Lempeng Laut Filipina, dan subduksi utara Papua. (Santo)