Riwayat Banjir Sungai Palu yang Berulang Sejak Era Belanda

waktu baca 2 menit
Kondisi banjir yang merendam rumah warga di Kelurahan Baru, Sabtu (4/5/2024). (Foto: Santo/likein.id)

LIKEIN, PALU – Luapan Sungai Palu yang merendam rumah-rumah warga telah terjadi sejak dahulu, bahkan di zaman Belanda.

Banjir akibat luapan Sungai Palu yang terbaru terjadi pada Sabtu (4/5/2024). Rumah warga di dua kelurahan yakni Baru dan Ujuna kembali terdampak.

Ancaman akibat kenaikan debit air Sungai Palu bukanlah hal baru. Sejak zaman pendudukan Belanda kejadian serupa terus terulang.

Di zaman Kolonial, banjir akibat Sungai Palu sampai menggenangi Onder Affdeling atau Kantor Pemerintahan Belanda yang berada di Maesa waktu itu. Bahkan di Tahun 1920-an karena sebab yang sama, pusat pemerintahan dipindahkan ke lokasi Gedung Juang saat ini.

Baca Juga :   Air Bah di Objek Wisata Wera Telan Korban Jiwa

“Laporan bencana itu dituliskan oleh M.C. Voorn, Kontroleur Palu, dalam ‘Memori Van Overgave-nya’ (Laporan Pejabat Kontroleur) 15 Desember, 1925,” Koordinator Komunitas Historia, Sulawesi Tengah, Herianto menceritakan, Senin (6/5/2024).

Banjir besar lainnya terjadi September tahun 1933. Dalam arsip tersebut dituliskan Sibalaya dan Kalawara daerah yang terdampak parah.

Besarnya potensi banjir dari sungai tersebut membuat Belanda, tahun 1933 melakukan riset untuk membenahi aliran sungai agar dampak bisa diminimalisasi. Hasilnya beberapa titik aliran sungai direkayasa karena membahayakan infrastruktur. Arsip dengan judul ‘Onderzoeg Paloe River’ ( Riset Sungai Palu) memuat catatan itu.

Proyek pertama penanganan Sungai Palu dilakukan Pemerintah Indonesia sekitar tahun 1960-an. Saat itu dibuat ‘Kali Palu’ untuk menanggul tepi-tepi sungai di sekitar Jembatan I agar tidak masuk jauh ke wilayah Ujuna, Kampung Baru, dan Kampung Lere.

Baca Juga :   Tinjau Lokasi Banjir Bandang, Bupati Parigi Moutong instruksi OPD Segera Bantu Korban

Hingga tahun 2024, Sungai Palu masih kerap meluap dan mengancam permukiman di kelurahan-kelurahan di sekitarnya. Hulu sungai di Kabupaten Sigi disebut menjadi salah satu kunci pengendalian sungai tersebut.

“Di hulunya di Sigi, Sungai Palu dikenal sebagai Sungai Gumbasa, masyarakat Kaili meyakini kata Gumbasa berasal dari kata Gumba Napasa, tempayan atau tempat air yang pecah dalam bahasa Indonesia. Tidak Heran Jika Sungai Gumbasa meluap maka akan terjadi banjir di Sungai Palu,” Herianto memungkasi. (Santo)

Facebook Comments Box