Prevalensi Stunting di Banggai Kepulauan Meningkat Saat Hasil Ikan Melimpah

waktu baca 2 menit
Ilustrasi anak-anak bermain air. (Foto: Sasint/Pixabay)

LIKEIN, BANGKEP – Penurunan prevalensi stunting yang terjadi secara nasional maupun provinsi tak lantas membuat prevalensi stunting di Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) ikut menurun. Sebaliknya, angka prevalensi stunting di Bangkep naik 2 persen.

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), jumlah prevalensi stunting di Indonesia tahun 2022 sebesar 21,6 persen, menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 24,4 persen.

Di Provinsi Sulawesi Tengah sendiri prevalensi stunting juga terlihat menurun dari 29,7 persen di tahun 2021 menjadi 28,2 persen di tahun 2022.

Meskipun secara provinsi dan nasional prevalensi stunting menurun, tak lantas membuat prevalensi di kabupaten ikut menurun. Seperti yang terjadi di Kabupaten Bangkep.

Baru-baru ini Sekretaris Daerah (Sekda) Bangkep Rusli Moidady menyoroti prevalensi stunting di daerahnya yang meningkat dari 30,6 persen di tahun 2021 menjadi 32,6 persen di tahun 2022.

Baca Juga :   Kuis Hari Bumi Kembali Viral di Medsos

Padahal Bangkep merupakan daerah kepulauan yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah dari sektor perikanan, tapi prevalensi stunting justru tinggi bahkan menempatkan Bangkep pada urutan ketiga dengan prevalensi stunting tertinggi di Sulteng, menyusul Kabupaten Sigi 36,8 persen dan Kabupaten Buol 32,7 persen.

Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, Bangkep menjadi daerah produksi perikanan budidaya terbesar di Sulteng, jumlahnya mencapai 569 ribu ton per tahun.

Ikan memang menjadi salah satu sumber gizi yang dibutuhkan oleh anak stunting maupun ibu dengan risiko melahirkan anak stunting.

“Ini jadi motivasi buat kita, jangan sampai kita yang terkenal dengan penghasil protein hewani, di sini banyak ikan, tapi kok kita punya stunting meningkat,” ujar Rusli, Rabu (14/6/2023).

Baca Juga :   Bersiap Ikuti Porprov di Banggai, 100 Atlet Menembak Mantapkan Latihan

Menurut Rusli, yang menjadi kendala dalam penurunan stunting di daerah kepulauan ini adalah adanya pemahaman yang belum merata di setiap tingkatan daerah, baik kecamatan maupun desa.

Sebagai proteksi awal pencegahan munculnya kasus stunting baru di pertengahan tahun 2023 ini, ia meminta Tim Percepatan Penurunan Stunting yang terbentuk atas amanat Perpres Nomor 72 tahun 2021 agar fokus melakukan intervensi kepada keluarga berisiko stunting.

“Ini perlu pendataan yang lebih masif agar ibu hamil dan balita betul-betul mendapat perhatian. Ke depan kita harus kuatkan ini,” katanya.

Saat ini pemerintah sedang menargetkan penurunan stunting sebesar 14 persen di tahun 2024. Sedangkan jumlah anak stunting di Indonesia per tahun 2022 sebanyak 4,5 juta orang, berkurang 694.505 orang dari tahun 2021. (Inul/St)

Facebook Comments Box