Petani Cengkeh Balaesang Tanjung Terancam Rugi akibat Intensitas Hujan Tinggi
LIKEIN, DONGGALA – Para petani cengkeh di Desa Rano, Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala, menghadapi ancaman kerugian di tengah panen raya akibat intensitas hujan yang tinggi.
Berdasarkan pemantauan BMKG, tingginya intensitas hujan di musim kemarau dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk fenomena global seperti El Nino/La Nina, fenomena regional seperti Madden Julian Oscillation (MJO), serta peningkatan suhu permukaan laut di sekitar Indonesia. Faktor lokal seperti angin darat dan angin laut juga berperan.
Kondisi cuaca yang tidak menentu ini berdampak langsung pada sektor pertanian, terutama bagi petani cengkeh yang sangat bergantung pada sinar matahari untuk proses pengeringan cengkeh.
Gafur, seorang petani cengkeh dari Desa Rano, Kecamatan Balaesang Tanjung, mengungkapkan bahwa para petani di desanya dapat mengalami kerugian signifikan jika hujan terus menerus terjadi. Padahal, saat ini Kecamatan Balaesang Tanjung sedang memasuki panen raya.
“Karena kalau cengkeh yang setengah kering ini tidak kena matahari tiga sampai lima hari, bisa rusak cengkehnya,” ujar Gafur kepada Likein.id, Kamis (11/7/2024).
Ia menambahkan bahwa intensitas hujan yang tinggi juga mempengaruhi aktivitas para petani di kebun.
“Padahal biasanya petani itu bisa dari pagi sampai sore di kebun untuk panen, lantaran hujan akhirnya biasa hanya dua sampai tiga jam di kebun,” jelasnya.
Gafur memprediksi bahwa banyak petani akan mengalami kerugian besar jika curah hujan terus tinggi selama seminggu ke depan.
Kondisi ini sangat memprihatinkan karena cengkeh merupakan salah satu sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Desa Rano, sehingga cuaca yang tidak menentu menjadi tantangan besar bagi para petani di sana. (Nasrullah/Inul)