Mengenal Batik Bomba, Kain Batik Khas Sulteng yang Mendunia
LIKEIN, PALU – Nama Batik Bomba khas Sulawesi Tengah (Sulteng) mendunia pasca dipakai oleh CEO Tesla dan Twitter, Elon Musk dalam acara Business 20 (B20) Summit Indonesia 2022 di Bali beberapa waktu lalu.
Pendiri Perusahaan Batik Bomba Kota Palu, Adi Pitoyo, mengaku bangga saat tokoh terkenal tersebut tak segan memuji sebuah karya khas daerah Kota Palu, Sulteng.
“Dan harusnya masyarakat sini pun harus ikut bangga,” ujarnya kepada Likein.id, Jumat, 18 November 2022.
Adi mengungkapkan bahwa alasan Ia mendirikan usaha Batik Bomba berawal dari keluhan Gubernur Sulteng di tahun 2009 silam yang mempertanyakan mengapa kain batik di Sulteng kerap luntur.
Pria asal Pekalongan yang akhirnya menetap di Palu itu pun berniat membantu dan melatih para pelaku UKM agar dapat menciptakan pewarna yang tidak mudah luntur. Maka terciptalah Batik Bomba dengan kualitas kain lebih baik dari sebelumnya.
Setelah berhasil membantu para UKM memasarkan produk-produk mereka, Adi pun memutuskan mendirikan toko yang diberi nama Batik Bomba.
Hingga pada tahun 2015, nama Batik Bomba telah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) sebagai merek paten milik Adi Pitoyo.
Walaupun beredar informasi bahwa Batik Bomba hanya berasal dari hasil tenun, namun nyatanya, ada banyak teknik pembuatan Batik Bomba, seperti dibuat dengan cara membatik, teknik tulis dan cap, hingga teknik melukis.
Sementara di Kota Palu sendiri, teknik pembuatan Batik Bomba lebih banyak menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin).
Adi menegaskan, apapun cara pembuatannya, ciri khas Bomba tak bisa ditinggalkan walaupun motifnya dipadukan dengan budaya-budaya lain, seperti motif ganja, cengkeh, hingga daun kelor.
“Ciri khas yang ada bunganya warna kemerahan yang seperti bunga itu disebut bomba,” tuturnya.
Kerap kali mendapati warga mengeluh soal harga, Adi menyampaikan bahwa yang mempengaruhi tingginya harga Batik Bomba adalah karena bahan pembuatan batik Bomba masih diimpor dari pulau Jawa, baik benang, pewarna, hingga alatnya.
“Semua dari Jawa. hanya SDM-nya saja dari sini,” terang Adi.
Kisaran harganya pun mulai dari Rp150 ribu hingga Rp1,5 juta per potong kain.
Bila ingin berkunjung, lokasi tokonya berada di Jalan Kedondong Nomor 5, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah. (Inul/Kn)