Menengok Masjid Tertua di Sulteng Yang Berusia 117 Tahun
LIKEIN, DONGGALA – Masjid Al-Amin yang berlokasi di Jalan Agul Al-Mahdali, Desa Wani II, Kecamatan Tantopea, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah ini masih berdiri kokoh meski usianya kini 117 tahun.
Masjid yang dibangun sejak tahun 1906 ini memiliki arsitektur arab dan melayu. Pilar bangunan masjid yang terbuat dari kayu ulir masih terlihat kokoh menopang bangunan masjid yang sempat dihantam gelombang tsunami pada 2018 silam.
Bahkan tak hanya sekali bencana tsunami menerjang, Masjid Al-Amin tetap berdiri kokoh setelah tiga kali menjadi saksi bisu bencana gempa dan tsunami yang pernah terjadi di Desa Wani kala itu.
Meski begitu, masjid yang kini masuk cagar budaya Sulawesi Tengah dipercaya menjadi salah satu masjid yang memberikan ketenangan bagi jemaahnya dan pengunjung yang datang.
Imam Masjid Al-Amin, Sayyid Jaudar bin Syarif bin Sayyid bin Yahya Al-Mahdali (70 tahun) menuturkan bahwa masjid bersejarah ini dibangun oleh Syarifah Isa binti Yahya Al-Mahdali cucu dari Syekh Aqil Al-Mahdali, saudagar arab yang berasal dari Yaman, Timur Tengah.
Sebagai generasi penerus, dirinya menegemban amanat untuk memelihara dan memakmurkan masjid agar tetap menjadi tempat bernaung bagi muslim sekitarnya.
“Sejak usia 40 tahun saya jadi imam disini, dan sudah jadi tugas kami, mau tidak mau, harus mau untuk mengemban amanat turun temurun untuk memakmurkan masjid ini” terangnya.
Ia juga berkisah saat tsunami menerjang, bangunan masjid mengalami kerusakan pada bagian dinding serta menara masjid. Meski begitu, pilar dan tiang penyangga masjid yang terbuat dari kayu masih berdiri kokoh.
“Tiang masjid ini masih asli, terbuat dari kayu. Yang dipugar hanya dindingnya saja digantikan dengan semen,” imbuhnya.
Beberapa bagian masjid katanya masih tetap dipertahankan keasliannya, seperti tiang penyangga, penopang atap yang terbuat dari kayu, ukiran kaligrafi di dinding masjid hingga model dan bentuk masjid masih tetap dipertahankan.
Pasca bencana 2018 silam, Ia mengatakan masyarakat sekitar turut bergotong royong melakukan renovasi masjid, ditambah dengan bantuan pihak luar non pemerintah. Renovasi dilakukan tanpa menghilangkan model dan bentuk asli masjid.
Meski begitu, Ia berharap agar pemerintah dapat memberikan perhatian khusus bagi pemeliharaan masjid Al-Amin, terlebih Masjid bersejarah ini merupakan cagar budaya Sulteng yang patut dilestarikan.
“Renovasi yang dilakukan pasca gempa kemarin berasal dari bantuan yayasan asal Malaysia. Masyarakat juga bergotong royong,” tuturnya.
“Tapi, namanya cagar budaya harusnya menjadi perhatian pemerintah. Selama ini belum ada bantuan pemerintah untuk Masjid Al-Amin,” tutupnya. (Katrin)