Indonesia Jadi ‘Raja’ Emisi Karbon di Asia Tenggara, Apa Solusinya?

waktu baca 2 menit
Pemandangan lanskap polusi asap di Sukabumi, Jawa Barat. (Foto: iStockphoto)

LIKEIN, UEA – Berdasarkan data yang dirilis oleh Global Carbon Budget dan diolah oleh Our World in Data, Indonesia tercatat sebagai negara penghasil emisi karbon terbesar di Asia Tenggara, serta menempati peringkat ke-20 di dunia.

Sejak tahun 1750 hingga 2022, Indonesia telah mengeluarkan sekitar 15,7 miliar ton karbon dioksida (CO2), sebuah angka yang mencerminkan kontribusi signifikan negara ini terhadap perubahan iklim global.

Dua faktor utama yang menjadi pendorong utama emisi karbon di Indonesia adalah deforestasi dan ketergantungan yang tinggi terhadap batu bara sebagai sumber energi.

Pada tahun 2022, sektor energi dan transportasi menyumbang lebih dari setengah total emisi negara ini, dengan jumlah sekitar 1 gigaton setara CO2 (Gt CO2e).

Dalam hal ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa batu bara masih mendominasi bauran energi primer Indonesia, dengan porsi mencapai 67,21 persen pada tahun tersebut.

Baca Juga :   Calon Haji Termuda Kota Palu Berusia 21 Tahun

Sebagai perbandingan, negara-negara tetangga di Asia Tenggara menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih kecil.

Thailand, yang berada di peringkat ke-30 dunia, mencatatkan total emisi 7,72 miliar ton CO2, diikuti oleh Malaysia di peringkat ke-33 dengan 6,48 miliar ton, dan Vietnam di peringkat ke-43 dengan 5,02 miliar ton.

Filipina, dengan total emisi 3,68 miliar ton, menempati posisi ke-50, sementara Singapura yang dikenal sebagai negara maju, menghasilkan 2,19 miliar ton CO2 dan berada di peringkat ke-65 dunia.

Meski berada di posisi yang mengkhawatirkan, Indonesia telah mengambil langkah penting dengan meratifikasi Protokol Kyoto, sebuah perjanjian internasional yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).

Tidak hanya itu, Mari Elka Pangestu selaku utusan Khusus Indonesia dalam pertemuan Aliansi Global Blended Finance (GBF), menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mencapai Emisi Nol Bersih pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat.

Baca Juga :   Cegah Bentrok Susulan di Sorong, Polri Rangkul Tokoh Agama Hingga Adat

Komitmen ini juga tercermin dalam penyusunan Strategi Jangka Panjang untuk Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim (LTS-LCCR) yang sejalan dengan pembaruan Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia.

“LTS kami tidak hanya fokus pada rendah emisi, tetapi juga mempertimbangkan ketahanan iklim, pertumbuhan ekonomi, dan kondisi sosial-politik nasional,” ujar Mari pada Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP28) yang diadakan di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), seperti yang dikutip dari maritim.go.id, Kamis (22/8/2024).

Untuk mencapai target tersebut, Mari menjelaskan bahwa Indonesia tengah mengembangkan berbagai strategi mitigasi di sektor energi, yang mencakup peningkatan efisiensi energi, pengembangan energi baru terbarukan, penggunaan bahan bakar rendah karbon, hingga pemanfaatan teknologi generasi bersih. (Nasrullah/Inul)

Facebook Comments Box