AKU HARUS APA ? Bagian III
LIKEIN, SERIES – Kenapa harus aku yang rasain hal kayak gini, saat aku sudah membuka hati dan memberikan perasaanmu untukku, lalu mengapa kamu yang buat semuanya perlahan-lahan terkikis karena hadirnya dia diantara kita.
Handphone berbunyi . . .
Sayang angkat dong, udah 3 hari kamu gak ada kabar. Tulis pesan Whatsappnya.
Panggilan masuk yang ke 22 kali ku tolak.
Pengen teriak.
“Ah dasar kamu lelaki jahat,” sebutku.
Tiba-tiba dia datang ke rumah dengan nekad. Aku bahkan gak ngerti maksudnya apa, padahal udah jelas di handphone dia tertulis nama wanita lain dengan nama kekasih.
“Kamu balik aja ya, jangan temui aku lagi .. ku ingin putus,” ujarku di balik pintu.
“Buka dulu pintunya sayang, sambil ngetok-ngetok,” pintanya.
“Gimana mau jelasin yang sebenarnya kalau kamu kayak gini. Sayang plis dong keluar, aku mau jelasin, kasi kesempatan sekali lagi,” teriaknya dari luar rumah.
Karena kasihan, akhirnya aku menghilangkan egoku dan percakapan kami dimulai.
“Kamu ingat gak, awal kita bertemu, bagaimana aku selalu memperhatikanmu saat tersenyum karena pandangan pertamaku padamu,” ucapnya.
“Hal itu terus kamu perlihatkan ke aku, hingga aku memutuskan untuk berjuang mendapatkan hatimu,” ucapnya kembali.
“Kamu tahu, saat ini wajahmu udah tak seceriah itu, salahku terlalu besar hingga kamu sulit untuk memaafkan ? Harus berapa kali aku jelaskan kalau dia. . . .,” ujarnya.
“Ah sudahlah, gak perlu di jelaskan kamu gak ngerti gimana perasaan aku waktu liat itu, sadar nggak kamu sedang mempermainkan aku,” kataku.
“Aku cinta dan ingin serius lagi sama kamu, Minggu depan aku akan kenalin kamu ke oragtuaku kalau memang panggilan itu meragukan perasaanmu, maafkan aku ya, janji hal itu takkan terjadi lagi. Percayalah wanita itu milik temanku, dan kamu itu milliku,” ungkapnya.
Karena terlihat tulus, akhirnya aku luluh dan kita saling berpelukan. Tak lama dia mengajakku untuk keliling kota katanya biar aku tak penat.
Kurang lebih 4 jam bersama-sama dengannya, kita kembali baikan seperti awal.
“Sayang, jangan pikir macam-macam lagi ya, sekarang aku mau fokus kerja untuk persiapan kita Nikah,” ujarnya.
Tiba-tiba aku terkejut, gak nyangka kalau dia akan seserius itu.
“Kamu ngomong apa barusan ?,” tanyaku.
“ya, aku mau nikahin kamu, kan udah dibilang aku serius sama kamu,” katanya.
Sedih, gembira, perasaan bahagia itu terlihat jelas dari raut wajahku.
Ku peluk lagi, dia mendekapku dan rasanya malam ini sampai seterusnya dunia hanya milik berdua.
“Kita udah 4 jam lebih nih, takut kamu sakit mending kita balik ya,” pungkasku.
Garis waktu menunjukkan pukul 22:30, saat ia berpamitan tiba-tiba saja handphone miliknya berbunyi lagi, sempat posesif namun ternyata yang menelponnya adalah ibunya.
“Kamu dimna?,” Tanya ibunya.
“Aku di sini Bu, barusan ngantar pacar aku,” jelasnya.
Suara itu terdengar jelas. “Pacar yang mana lagi nak?,” tanya ibunya.
Dia langsung tutup telponnya.
Bersembung. . .