Catatan-Catatan Penting dari Ekspedisi Jurnalis 1000 Megalit
LIKEIN, PALU – Setelah sebulan lamanya melakukan perjalanan ke tiga lembah di Kabupaten Poso tempat tinggalan megalit, tim ekspedisi jurnalis 1000 megalit akhirnya memaparkan temuan dan cerita menariknya.
Tiga lembah yang dikunjungi tim Ekspedisi Jurnalis 1000 Megalit itu yakni Bada, Napu, dan Behoa. Selama sebulan tim yang beranggotakan belasan jurnalis itu mengumpulkan data berupa foto, video, dan cerita masyarakat tentang megalitikum yang merupakan peradaban purba Sulawesi Tengah.
Pada Sabtu (2/12/2023), difasilitasi Diskominfo Sulteng tim ekspedisi tersebut menggelar dialog untuk memaparkan temuan maupun cerita menarik selama perjalanan mereka.
Dr. Muhammad Marzuki seorang Akademisi Untad, dan Iksam Djorimi yang merupakan arkeolog menjadi pembicara dalam dialog itu.
Selama ekspedisi beragam hal menarik didapati dan disebut patut menjadi perhatian pemerintah Sulawesi Tengah mulai dari kondisi juga keunikan tiap situs, kebermanfaatan, nilai, dan ancaman kedepannnya.
“Selama ekspedisi berlangsung tim telah mendokumentasikan kondisi terkini, keunikan, dan peruntukan dari megalitikum. Di sisi lain, adapotensi ancaman salah satunya adalah perilaku vandalisme dan pencurian oleh oknum yang tidak bertanggung jawab,” ungkap Heri, salah satu jurnalis anggota tim ekspedisi.
Tantangan lainnya yang menuntut agar segera dituntaskan adalah adanya kesenjangan pengetahuan perihal megalitikum. Terlebih generasi muda sekarang hanya mengetahui situs tertentu dengan informasi seadanya.
Disamping itu, masyarakat yang berada di sekitaran situ berharap dapat turut terlibat dan pelestarian megalit, tidak hanya sebatas melihat. Apalagi Sulawesi Tengah telah menjadikan situs-situs megalit sebagai ikon daerah dengan sebutan “Negeri 1000 Megalit” sehingga diharapkan memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat.
Sementara itu, Iksam Djorimi yang merupakan arkeolog mengatakan, langkah tim ekspedisi adalah langkah baik yang dapat mendukung upaya pelestarian dan perlindungan situs-situs tersebut yang dimulai dari mengenalkannnya.
“Hal ini yang menjadi tantangan kedepan, karena ini yang nantinya akan menjelaskan kenapa bangsa kita dapat menjadi bangsa besar,” kata Iksam.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kominfo Sulawesi Tengah, Sudaryano Lamangkona mengatakan, apa yang diperoleh tim ekspedisi selama melakukan perjalanan di tiga lembah, akan disampaikan kepada Gubernur Sulawesi Tengah sebagai salah satu acuan untuk pengambilan kebijakan perihal megalitikum.
“Harapanya, apa yang ditemukan oleh tim ekspedisi dapat menjadi pembelajaran dan dapat membuka lembaran sejarah,” tutur Sudaryano.
Sudaryano berkata, dengan beragam langkah percepatan yang telah ditempuh, penetapan Situs Megalitikum sebagai warisan dunia oleh UNESCO dapat segera terealisasi, tentunya dengan memenuhi setiap langkah yang dipersyaratkan terlebi dahulu. (Santo)