Viral Abah Juhani Minta Turun Dari Pesawat, Ternyata Mayoritas Jamaah Haji RI Idap Demensia

waktu baca 2 menit
Jemaah calon haji Sulteng 2022. (Foto: Inul/Likein.id)

LIKEIN, JAKARTA – Sempat viral belum lama ini salah satu calon jemaah Haji asal Indonesia Abah Juhani menyita perhatian netizen. Abah Juhani meminta turun dari pesawat agar Ia bisa pulang memberi makan ayamnya.

Bukan tanpa alasan, rupanya abah Juhani yang juga seorang lansia turut mengidap demensia. Demensia merupakan suatu kondisi menurunnya cara berpikir dan daya ingat seseorang yang biasanya terjadi pada lansia (usia 65 tahun ke atas). Kondisi ini pun dapat memengaruhi gaya hidup, aktivitas sehari-hari, hingga kemampuan bersosialisasi penderitanya.

Kepala Pusat Kesehatan (Puskes) Haji Liliek Marhaendro Susilo mengungkapkan, demensia menjadi salah satu penyakit yang banyak diidap oleh jemaah Haji tahun 2023. Hal ini lantaran peserta Haji tahun ini mayoritas berasal dari kalangan lansia.

Baca Juga :   Lebih 4000 Tenaga Honorer Terancam Kehilangan Kerja di Palu

“Penyakit terbanyak yang dirawat di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) adalah demensia. Ya karena banyak jemaah yang lansia,” ungkapnya saat konferensi yang digelar secara daring, Senin (5/6/2023).

Bahkan kasus serupa abah Juhani juga terjadi pada calon jemaah haji lainnya yang sudah sampai di Mekkah.

“Ada juga beberapa kasus yang terjadi di Tanah Suci, beberapa jemaah yang sudah tiba menganggap masih berada di kampungnya,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dr. Imran dalam konferensi secara daring.

dr Imran menjelaskan pengidap demensia biasanya akan mengalami gangguan cara berpikir, disorientasi tempat, waktu, hingga orang-orang di sekitarnya.

Demensia juga merupakan penyakit terbanyak pada jemaah haji yang saat ini ditangani di KKHI Madinah.

“Memang suatu fenomena tahun ini, karena tahun ini jumlah lansia lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” sambungnya.

Untuk membantu jemaah pengidap demensia melaksanakan ibadah Haji dengan lancar, dr Imran mengatakan salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan terapi stimulasi kognitif.

Baca Juga :   Terkait Perubahan NIK Jadi NPWP, Ini Penjelasann KPP Palu

“Terapinya dengan memberikan stimulasi kognitif. Jadi kita kembali menstimulasi, me-recall kembali memorinya sehingga bisa pulih dan bisa menghilangkan gejala-gejala disorientasi yang mereka alami,” terangnya.

“Biasanya setelah terapi mereka akan kembali lagi mengingat kalau mereka berada di Tanah Suci,” sambungnya.

Meski demikian, dr Imran mengimbau agar tetap waspada, sebab gejala demensia bisa kembali muncul sewaktu-waktu.

Adapun pemicu utama gejala demensia terjadi adalah faktor kelehan dan dehidrasi. Olehnya Ia menganjurkan agar para jemaah senantiasa beristirahat yang cukup dan tidak memaksakan diri melakukan aktivitas di luar ruangan.

“Sangat disarankan mereka beristirahat cukup, tidak memaksakan diri beraktivitas di luar gedung yang bisa memicu kelelahan ataupun dehidrasi akibat paparan cuaca panas di Arab Saudi,” tutupnya. (Kn/Kn)

Facebook Comments Box