Penjual Lalampa Pertama di Toboli dari Tionghoa
LIKEIN, PARIGI MOUTONG – Desa Toboli, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng), terkenal dengan makanan Lalampa. Warga yang pertama kali berjualan, berasal dari Tionghoa.
Lalampa merupakan makanan dari beras ketan, dengan isi ikan berbumbu pedas dan terbalut daun pisang yang dibakar.
Penjual lalampa pertama di Toboli, Ci Mei (60 tahun), mengatakan, orang tuanya membuka warung lalampa akibat banyak pelaku perjalanan jauh yang menunggu jalur kebun kopi terbuka.
“Dulu kan Jalan Parigi ke Palu tidak seperti sekarang, kadang sehari baru nyampe karna jalannya rusak,” ucap Ci Mei kepada Likein.id, Selasa 6 Juli 2022.
Berdiri sendiri dari tahun 1963, kini kawasan tersebut mulai terkenal dengan ciri khas lalampa pada awal tahun 2000an.
Ia menjelaskan, dalam sehari ia bisa menjual tiga ribu lebih lalampa dengan buka selana 24 jam yang terbantu dengan 8 orang pekerjanya.
“Sehari itu sampe 15 keranjang, se keranjang itu 300an lalampa, tapi tidak mesti begitu setiap harinya,” jelasnya.
Ci Mei menuturkan, ada beberapa even khusus lalampa di Parimo, seperti bakar lalampa terbanyak pada tahun 2015 yang mendapatkan rekor muri.
Serta pada tahun 2019, warga Toboli sempat membuat lalampa dengan panjang satu meter lebih.
“Tahun 2019, di meja dibuat trus digulung pake daun, itu ukuran 1 meter lebih,” tuturnya.
Mahasiswa di Kota Palu asal Kecamatan Bolano, Parimo, Egi prayogi (19 tahun), menyampaikan, Lalampa Toboli menjadi hal wajib untuk dibawa pulang kampung.
“Dari kecil, kalau orang tua pulang dari Palu, pasti tidak lupa beli lalampa,” ujarnya.
Pelajar di Kota Palu asal Parimo, Muhammad Taufiq (20 tahun), menambahkan, makanan terbuat dari ketan itu cocok untuk mengisi perut kosong dalam perjalanan.
“Suasananya juga nyaman kalau makan di tempat, biasa saya beli paling banyak 50 ribu,” tambah Taufiq.
Senada dengan Mahasiswa asal Desa Tilung, Kecamatan Tomini, Kabupaten Parigi Moutong, Andini (19 Tahun), menyebutkan, dirinya selalu membeli Lalampa hangat sebagai cemilan dalam perjalanan.
“Karena enak, yang bikin enak itu rasanya apalagi pas panas,” tandas Andini. (Qadri/Fadhila)