Cerita Naja si Kusir Dokar Pasar Masomba, Pasang Tarif Ideal Meski Pakan Kuda Mahal

waktu baca 2 menit
Naja (43 th) memilih menjadi Kusir Dokar di Pasar Masomba selama puluhan tahun. (Foto: Inul Irfani/Likein.id)

LIKEIN, PALU – Seorang kusir dokar legendaris di Pasar Masomba, Naja (43 th) telah menggeluti pekerjaannya selama sekitar 30 tahun lamanya.

Ia menjadi kusir dokar sejak berada di bangku kelas 6 SD. Ia memilih meneruskan pekerjaan mengendarai moda tradisional itu turun temurun dari sang nenek.

Naja bercerita, dahulu sekitar tahun 1990-an tarif naik kendaraan tradisional itu hanya dibebankan Rp250 perak per orang. Waktu itu harga pakan kuda juga masih terlampau murah.

Kini seiring dengan peningkatan pembangunan daerah yang kian modern, membuat pertumbuhan ekonomi ikut melesat. Perlahan-lahan harga pakan kuda semakin mahal bahkan menembus Rp300 ribu per karung.

Baca Juga :   Mobil CVT Bisa Datangkan Masalah Berujung Penyesalan

“Sekarang makanan kuda satu ikat kecil dihargai Rp10 ribu, padahal dulu harganya tidak sampai seribu. Jauh sekali bedanya, kan? Itu perbedaan kita sekarang kalau bawa dokar begini,” tutur Naja kepada Likein.id, Kamis (31/8/2023).

Harga pakan ternak kuda tentu saja berpengaruh terhadap tarif dokar. Saat ini, Naja menyebut tarif yang dibebankan mencapai Rp10 ribu per orang dengan jarak satu kilometer.

Tarif tersebut dianggap ideal sebab dalam sehari kuda membutuhkan sedikitnya uang makan sebanyak Rp70 ribu untuk empat kali makan.

Naja mengaku dirinya bahkan sesekali mesti mengeluarkan uang pribadi untuk membeli pakan kuda sebab penghasilan yang kurang.

“Kalau tidak begitu, kekurusan kuda. Harus dijaga terus makannya. Biasa kalau penghasilan tidak cukup untuk makannya ya saya ba tombok. Ada ruginya juga. Tapi karena kita hobi, tidak pusing dengan kerugian,” ujarnya.

Baca Juga :   Nilai Tunggakan Pinjol di Sulteng dan Efek Seramnya; Sulit Dapat Kredit hingga Pekerjaan

Saat ini Naja hanya memiliki seekor kuda yang berusia 2,5 tahun. Sebelumnya, Ia pernah memiliki enam ekor kuda namun habis terjual karena tak mampu memberi makan hewan tersebut lantaran tingginya harga pakan dan menurunnya minat masyarakat mengendarai dokar.

Meski begitu, ia tetap bertahan dan akan meneruskan kembali pekerjaan sebagai kusir dokar kepada anaknya untuk melanjutkan estafet perjuangan mempertahankan kendaraan tradisional itu secara turun temurun.

Naja pun berharap agar harga pakan kuda bisa melandai sehingga kesejahteraan kusir dokar di Kota Palu bisa terjaga dan dokar tidak menjadi kendaraan tradisional yang langka. (Inul/Kn)

Facebook Comments Box