Merayakan Konservasi Mangrove di Pantai Dupa dan Tugas Pelestarian Selanjutnya

waktu baca 2 menit
Hamparan pohon mangrove yang telah mencapai 2 meter lebih di area pantai Dupa Layana Indah, Kota Palu. Foto : Mangrovers

LIKEIN, PALU – Area Konservasi Mangrove di Pantai Layana Indah kini menjadi simbol pemulihan ekosistem pesisir pascabencana dengan berbagai keunikannya.

Pada 25 dan 26 Juli komunitas Mangrovers menggelar peringatan Hari Mangrove Internasional di Pantai Dupa, Layana Indah, Kota Palu dengan ‘Kemah Konservasi’ yang diisi aksi edukasi dan penanaman ribuan bibit mangrove.

Pantai itu selama ini menjadi kawasan konservasi mangrove khususnya Mangrovers usai bencana gempa dan tsunami Kota Palu tahun 2018. Setelah porak poranda kini kawasan itu bak hutan mangrove dengan puluhan ribu pohon aneka jenis.

Baca Juga :   Menanti Pencanangan Area Konservasi Mangrove Teluk Palu Menjadi Ekowisata Khusus

Pegiat konservasi mangrove Sulawesi Tengah, Hamza menilai area konservasi mangrove itu adalah pembuktian komunitas Mangrovers bahwa Teluk Palu dapat menjadi habitat tanaman pesisir itu dan wujud kepedulian lingkungan.

Kini kata dia legalitas kawasan itu sebagai area konservasi mesti didorong untuk menjamin keberlangsungan dan keberadaannya. Terutama dengan keunikan kawasan itu.

“Hasil penelitian, ada 9 hingga 10 jenis mangrove yang tumbuh di kawasan ini adalah jenis mangrove yang sempat hilang,” kata Hamza saat menjadi pembicara dalam diskusi konservasi mangrove Teluk Palu di lokasi tersebut pada 25 Juli lalu.

Hamzah menyebut tumbuhnya mangrove di kawasan itu didukung oleh kondisi lingkungan. Di antaranya adanya sumber mata air tawar di tepi pantai.

Baca Juga :   Bakal Jadi Ekowisata, Pelestarian Mangrove Teluk Palu Pasca Tsunami Butuh Rp42 Juta

Walau begitu intervensi dari pegiat konservasi untuk mendukung tumbunya mangrove di kawasan itu tetap penting dilakukan. Hal itu tampak dari ujung akar mangrove yang membengkak lantaran pelepasan lumpur yang cepat dan perlu penangkapan lumpur.

Hamza menyarankan pembuatan APO di bagian depan. Rekayasa ini juga dapat direkomendasikan untuk jenis baru Rhizophora Apiculata di bagian dalam.

Yang tidak kalah penting para pegiat mangrove diingatkan terus melakukan advokasi dan edukasi seluas-seluasnya agar lebih banyak jejaring kolaborasi demi kelestarian kawasan itu. (Sadam/St)

Facebook Comments Box