Deteksi Dini Kanker Payudara, Pemerintah Target Sediakan Mammogram di 514 Kabupaten/Kota
LIKEIN, JAKARTA – Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan kanker yang paling banyak menyebabkan kematian pada wanita adalah kanker payudara.
Berdasarkan data dari Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus atau 16,6 persen dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia.
Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu kasus.
Menkes Budi menyampaikan, deteksi dini menjadi cara paling tepat untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut. Kanker lebih baik dideteksi sedari dini agar mudah penanganannya ketimbang terdeteksi setelah stadium 3 atau 4.
Deteksi yang paling mudah dilakukan yaitu dengan Sadanis (periksa payudara secara klinis) dan Sadari (periksa payudara sendiri).
Sementara alat yang sangat penting dalam mendeteksi kanker payudara adalah dengan penggunaan Mammogram.
“Tapi kalau yang standar WHO itu harus menggunakan mammogram,” ujar Menkes, dikutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, Selasa, 11 Oktober 2022.
Budi mengungkapkan, ketersediaan alat mammogram di Indonesia masih sedikit dibandingkan dengan Australia dan Thailand. Setidaknya dari 3 ribu rumah sakit di Indonesia, yang memiliki mammogram hanya 200 rumah sakit.
“Dari 514 kabupaten/kota kita, yang punya mammogram di bawah 100 kabupaten/kota. 80 persen wanita Indonesia tidak bisa dideteksi kanker payudara,” ucapnya.
“Saya pastikan 2024 sudah punya mammogram di 514 kabupaten/kota. Yang paling penting adalah hidup sehat jangan terkena kanker,” tegasnya.
Diketahui, pemenuhan kebutuhan mammogram untuk skrining ini merupakan implementasi dan transformasi kesehatan bidang Layanan Primer.
Pilar Layanan Primer merupakan 1 dari 6 bagian dari transformasi kesehatan yang dilakukan Budi. Adapun layanan lain yaitu pilar Layanan Rujukan, pilar Sistem Ketahanan Kesehatan, pilar Sistem Pembiayaan Kesehatan, pilar SDM Kesehatan, dan pilar Teknologi Kesehatan. (Inul/Kn)