6 Manfaat Ganja Medis Yang Perlu Kamu Ketahui

waktu baca 4 menit
Daun Ganja, Foto: Pixabay

LIKEIN, PALU – Belum lama ini viral seorang ibu berdemonstrasi sambil membawa spanduk bertulisakan ‘Tolong, anakku butuh ganja medis’ saat gelaran Car Free Day di bundaran Hotel Indonesia Jakarta. Ia tak sendiri melakukan demo tersebut. Ia turut membawa sang anak yang berkebutuhan khusus dengan menggunakan stoler.

Ya, berkat aksinya itu, legaliatas ganja medis pun menjadi atensi publik. Pemerintah kini sedang menyusun regulasi terkait penggunaan ganja medis di Indonesia.

Namun, taukah anda apa saja manfaat ganja dalam dunia medis. Simak ulasannya berikut ini.

Mariyuana atau ganja berasal dari daun, batang, dan tunas tanaman Cannabis sativa. Ganja biasanya digunakan layaknya rokok dan bahkan dijadikan sebagai bahan masakan atau diseduh menjadi teh.

Melansir dari WebMD, ganja memiliki lebih dari 100 senyawa kimia yang berbeda yang disebut cannabinoid. masing-masing bahannya memiliki efek berbeda bagi tubuh.

Kandungan utama ganja yang digunakan dalam medis adalah Delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD). THC merupakan senyawa yang membuat Anda merasa mabuk. Sementara CBD memiliki peran penting dalam dunia kesehatan.

Umumnya penggunaan ganja medis adalah sebagai pengontrol rasa sakit, sebagaimana senyawa CBD yang di produksi alami oleh tubuh manusia.

Senyawa cannabinoid sebenarnya diproduksi juga oleh tubuh secara alami untuk membantu mengatur konsentrasi, gerak tubuh, nafsu makan, rasa sakit, hingga sensasi pada indra.

Menurut Peter Grinspoon, seorang dokter, pendidik, dan spesialis ganja di Rumah Sakit Umum Massachusetts, menuliskan dalam Harvard Health Publishing bahwa ganja lebih aman daripada opium.

Baca Juga :   MK Tolak Uji Materi Ganja Medis Untuk Kesehatan

Ganja dinilai tidak menyebabkan overdosis, tidak membuat ketagihan/adiksi, dan dapat menggantikan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).

Dari berbagai penelitian yang dilakukan, ternyata ganja memiliki manfaat, antara lain:

  1. Mengatasi Epilepsi

Sebuah studi dalam jurnal Cureus (2018) memperlihatkan bahwa ganja berpotensi untuk mengatasi epilepsi dan membantu meredakan gejala pasien epilepsi dengan resistansi obat.

Kandungan cannabinoid dalam daun ganja diyakini membantu meringankan kejang pada pasien epilepsi. Senyawa ini memiliki peran dalam mengurangi pelepasan neurotransmiter (sinyal rangsangan saraf) di sistem saraf pusat (SSP), sehingga mencegah kejang.

Bahkan, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menyetujui obat bernama Epidiolex yang mengandung cannabidiol untuk mengobati kejang akibat epilepsi. Epidiolex sendiri merupakan ekstrak ganja murni (98 persen berbasis minyak). Dalam uji klinis terkontrol, hasil studi menunjukkan pemberian epidiolex mampu menurunkan gejala kejang lebih cepat dibanding obat lain.

2. Mengatasi gangguan kecemasan

Mengonsumsi CBD sebanyak 300 mg dapat mengurangi kecemasan pada penderita gangguan kecemasan. Jika dosis CBD berlebihan, justru dapat memperparah gangguan tersebut.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Behavioural Pharmacology 2016 lalu membuktikan manfaat ganja untuk terapi gangguan stress pasca-trauma (PTSD).

Studi terdahulu juga menunjukkan bahwa pengobatan dengan cannabinoid (zat dalam ganja) mampu menurunkan gejala PTSD termasuk meningkatkan kualitas tidur, mengurangi frekuensi mimpi buruk, dan mengurangi hyperarousal (stres kronis).

3. Mengurangi nyeri kronis
Dilansir dari Harvard Health Publishing, tanaman ini bisa dianggap bisa meringankan rasa sakit akibat multiple sclerosis, nyeri saraf, nyeri dan sindrom wasting yang terkait dengan HIV, sindrom iritasi usus besar (irritable bowel syndrom), dan penyakit Crohn.

Baca Juga :   Polresta Palu Musnahkan Narkotika Jenis Sabu dan Ganja

Penggunaan ganja medis diketahui juga cukup berpotensi mengatasi penyakit yang menimbulkan kondisi dengan nyeri kronis seperti Fibromyalgia atau rasa sensitif disertai nyeri seluruh tubuh, Endometriosis atau jaringan lapisan rahim menumpuk di luar rahim, san Sistitis interstisial atau sindrom nyeri kandung kemih.

Bahkan menurut Hello Sehat, ganja dianggap sebagai pelemas otot yang efektif dan mengurangi tremor pada penyakit Parkinson.

4. Meningkatkan kapasitas paru-paru
Sebuah studi penelitian dalam Journal of the American Medical Association (2012), disebutkan bahwa daun ganja disebut berpotensi menambah kapasitas paru-paru untuk menampung udara ketika bernapas.

5. Melawan kanker
Ganja juga diklaim membantu melawan kanker. Menurut American Cancer Society, kandungan dalam daun ganja bisa menjadi terapi paliatif atau meningkatkan kualitas hidup pasien kanker. Ganja berpotensi untuk meredakan rasa sakit kronis yang diderita pasien.

Selain itu, daun ganja diklaim bisa membantu melawan mual dan muntah sebagai efek samping kemoterapi. Meski banyak penelitian menunjukkan keamanannya, tanaman ini tidak efektif dalam mengendalikan atau menyembuhkan kanker.

6. Memperlambat Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh degenerasi kognitif. Seiring bertambahnya usia, degenerasi kognitif hampir tidak dapat dihindari.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Molecular Pharmaceutics menunjukkan bahwa kandungan THC dalam daun ganja mungkin dapat memperlambat pembentukan plak amiloid.

Plak-plak yang terbentuk akibat alzheimer ini bisa membunuh sel-sel otak. THC membantu menghalangi enzim pembuat plak ini di otak agar tidak jadi terbentuk. (Kn/Kn)

Facebook Comments Box